Awan Diantara Awan
Seuntai kata tanpa kebohongan...
Sayap indah yg berkilau denganmu...
Dan kisah yang mulai terbaca..
Tiga hal mampu ciptakan langkah-langkah mundurku...
Hingga jauh...
Hingga tak mampu melihat warnamu lagi...
Hingga kau nampak seperti awan diantara awan...
Bukan lagi pelangi, bukan lagi warna, bukan lagi cahaya...
Awan putih diantara putih tanpa pembeda..
-Eva Dianita-
__________________________________________________________________
Semakin Jauh
Semakin jauh...
meski gemuruh ombak itu masih terdengar
badai tak lagi mengguncang palung terdalam..
namun...
gejolak bumi menghempaskanku ke tengah samudra
berlayar menjauh dari ukiran nama yang tertinggal diatas daun berembun ditepi sunyi itu...
cukup satu kalimat...
kisah yang terlalu singkat namun mampu menghempaskan...
Semakin jauh...
dan biarlah menjauh...
-Eva Dianita-
________________________________________________________________________
Burung Kertas
Tinta itu mengukir nama yang ditinggalkan..
diatas kertas merah yang terlipat terbang...
Burung kertas yang tertinggal bersama embun hilang..
Serbuan kata yang mendorong mundur
Hingga tertinggalah ia bersama embun...
-Eva Dianita-
____________________________________________________________
Perahu Kayu Kecil
sebuah perahu kayu kecil di tengah samudra...
berlayar sepi tanpa bertemu tepi...
dalam sunyi..
kunikmati suara riak air..
angin semilir, kicauan burung dilangit...
apapun yang terjadi...
bahagia itu tak pernah luntur meski sepi.. meski sendiri...
tetaplah bahagia kura-kuraku...
meski air asin bukanlah tempatmu...
namun tepi menanti kau menepi...
____________________________________________________________
Sikap yang Berbohong
sikapku berbohong dalam diam..
kau tau apa yang di dengar telingaku...?
ia menyampaikannya pada pikiranku dan sampai ke hatiku...
ia bersembunyi pada sikap..
tanpa kau sadari...
ada kecewa dibalik sikap yg berbohong...
bising yg terdengar telinga tak ada ampun dari hati..
hatiku menghapus ukiran tangga nada yg tergambar...
pelukis bising pengganggu itu kan pergi..
kau kan kehilangan satu nada
kau kan kehilangan satu warna...
kau kan sadari setelah pengganggu itu pergi...
-Eva Dianita-
_____________________________________________________________
Tak Mengerti
kau kan pergi dengan egomu..?
atau kau kan tetap disana dengan hatimu?
dimanapun itu..
hatiku takkan bisa mengerti..
memang hatiku tak mengerti...
kau tau jelas, memang hatiku tak mengerti..
tetaplah di sana bersama hujan dan temukan simfonimu..
dan aku di lautan api bersama takdir yang terus bergulir..
ada waktunya ceritaku tiba...
-Eva Dianita-
______________________________________________________________
Nada
pekikkan suara memecah sunyi..
kulangkahkan kaki diatas pasir tersapu ombak...
angin tiupkan makna dalam hening diam..
jelas, nada fals itu menusuk tajam...
membantingkan sang gitar ke dahan pohon kelapa...
hancur terbelah memecah hening...
hancur.. dan tiadalah lagi..
kau...
berdirilah di tepi sekokoh yang kau mampu...
kuputar balikan latar drama ini...
______________________________________________________________
Sendiri Tanpa Sandaran
Seuntai kata tanpa kebohongan...
Sayap indah yg berkilau denganmu...
Dan kisah yang mulai terbaca..
Tiga hal mampu ciptakan langkah-langkah mundurku...
Hingga jauh...
Hingga tak mampu melihat warnamu lagi...
Hingga kau nampak seperti awan diantara awan...
Bukan lagi pelangi, bukan lagi warna, bukan lagi cahaya...
Awan putih diantara putih tanpa pembeda..
-Eva Dianita-
__________________________________________________________________
Semakin Jauh
Semakin jauh...
meski gemuruh ombak itu masih terdengar
badai tak lagi mengguncang palung terdalam..
namun...
gejolak bumi menghempaskanku ke tengah samudra
berlayar menjauh dari ukiran nama yang tertinggal diatas daun berembun ditepi sunyi itu...
cukup satu kalimat...
kisah yang terlalu singkat namun mampu menghempaskan...
Semakin jauh...
dan biarlah menjauh...
-Eva Dianita-
________________________________________________________________________
Burung Kertas
Tinta itu mengukir nama yang ditinggalkan..
diatas kertas merah yang terlipat terbang...
Burung kertas yang tertinggal bersama embun hilang..
Serbuan kata yang mendorong mundur
Hingga tertinggalah ia bersama embun...
-Eva Dianita-
____________________________________________________________
Perahu Kayu Kecil
sebuah perahu kayu kecil di tengah samudra...
berlayar sepi tanpa bertemu tepi...
dalam sunyi..
kunikmati suara riak air..
angin semilir, kicauan burung dilangit...
apapun yang terjadi...
bahagia itu tak pernah luntur meski sepi.. meski sendiri...
tetaplah bahagia kura-kuraku...
meski air asin bukanlah tempatmu...
namun tepi menanti kau menepi...
____________________________________________________________
Sikap yang Berbohong
sikapku berbohong dalam diam..
kau tau apa yang di dengar telingaku...?
ia menyampaikannya pada pikiranku dan sampai ke hatiku...
ia bersembunyi pada sikap..
tanpa kau sadari...
ada kecewa dibalik sikap yg berbohong...
bising yg terdengar telinga tak ada ampun dari hati..
hatiku menghapus ukiran tangga nada yg tergambar...
pelukis bising pengganggu itu kan pergi..
kau kan kehilangan satu nada
kau kan kehilangan satu warna...
kau kan sadari setelah pengganggu itu pergi...
-Eva Dianita-
_____________________________________________________________
Tak Mengerti
kau kan pergi dengan egomu..?
atau kau kan tetap disana dengan hatimu?
dimanapun itu..
hatiku takkan bisa mengerti..
memang hatiku tak mengerti...
kau tau jelas, memang hatiku tak mengerti..
tetaplah di sana bersama hujan dan temukan simfonimu..
dan aku di lautan api bersama takdir yang terus bergulir..
ada waktunya ceritaku tiba...
-Eva Dianita-
______________________________________________________________
Nada
pekikkan suara memecah sunyi..
kulangkahkan kaki diatas pasir tersapu ombak...
angin tiupkan makna dalam hening diam..
jelas, nada fals itu menusuk tajam...
membantingkan sang gitar ke dahan pohon kelapa...
hancur terbelah memecah hening...
hancur.. dan tiadalah lagi..
kau...
berdirilah di tepi sekokoh yang kau mampu...
kuputar balikan latar drama ini...
kini aku di ujung samudra itu...
kan kuuntai sebuah nada baru...
diam lah, dan duduklah sekokoh yg kau mampu...
tersenyum manis untuk nadamu yang hilang...
kan kuuntai sebuah nada baru...
diam lah, dan duduklah sekokoh yg kau mampu...
tersenyum manis untuk nadamu yang hilang...
-Eva Dianita-
______________________________________________________________
Sendiri Tanpa Sandaran
Aku ingin sendiri tanpa sandaran…
Tanpa harapan untuk hati..
Membaca asa yang tak kukuasai..
Namun aku ini adalah aku..
Bentuk nyata yang tak terpahami
Ilusi membelenggu nyata pikiran awamku
Akan diri yang tak terdefinisi..
Gema bergemuruh dari dasar palung hati..
Nyatanya aku.. ingin sendiri tanpa sandaran..
Terbang tinggi dengan sebelah sayap…
Memacu rona sang surya pagi..
Sang mentari siang, sang senja sore..
Hingga rembulan kala gelap selimuti bumi.
Nyatanya aku.. ingin sendiri tanpa sandaran…
Dalam kantuk aku terbangun..
Dalam lelah aku tertatih…
Namun kedua tangan tetap terbuka lebar menerima
Hati tak pernah berkata kecewa dan berbeda
Dalam sendiriku tanpa sandaran…
Aku ini adalah aku..
Aku yang tak terpahami, tanpa penopang untuk berdiri..
Melayang dengan bimbang yang sepi dengan rona alami
Keyakinan hati kuat erat menggenggam asa..
Meski tak di sini..
Tak apa..
Terindahlah ia yang menuju menanti dimanapun ia berdiri.
-Eva Dianita-
_____________________________________________________________
Kaktus
Detik demi detik..
Langkah demi langkah
Harapku menemukan kaktus di taman itu
Ribuan bunga kujumpai
Ribuan bunga menghampiri berkeliling dengan langkahku
Namun kaktus jelek yang berbunga menghilang
Ketika keindahannya nampak dalam pandanganku
Ketika tumbuhnya ia di taman ini menjadi makna
Makna yang berarti menghilang dalam detik ini
Menghilang dalam hampa meriahnya taman ini.
Kaktus…
Kau berduri tajam…
Berdiri tegap dekat hingga menakutiku
Aku berlari menghindar
Namun ketika bunga indah yang tumbuh alami darimu
Bunga indah yang mengalihkan pandanganku… manghilang
Memunculkan ribuan rindu dalam taman hatiku.
-Eva Dianita-
Comments
Post a Comment