Rasanya jadi Pembimbing

Yoyoyo...
Haha, diawali dengan yoyoyo ini entahlah, biarlah, terserahlah suka-suka saya ya.
Dan, saya bakalan ngomong tentang rasanya jadi pembimbing. Oke dulu saya sempet posting tentang derita-derita jadi mahasiswa tingkat akhir di sini dan di sini. Isinya yaitu tentang suka dukanya penelitian, nyusun skripsi dan bimbingan. Nah, saudara-saudara sekalian, tahun berganti saya pun sudah melewati segalanya. Saya bekerja sebagai guru di SMK dan akhirnya semenjak beberapa bulan lalu mengalami yang namanya menjadi pembimbing. Yap, di SMK itu biasanya suka ada PKL/praktek kerja, selain siswa-siswanya melaksanakan praktek kerja mereka juga melakukan penelitian lalu dibuatlah laporan penelitiannya, kurang lebih sama lah kayak bikin skripsi versi sederhananya. Saya kebetulan kebagian menjadi pembimbing dengan jumlah murid bimbingan 16 orang. Well, bagi saya ini terlalu cepat, bagaimana tidak? Tahun lalu saya masih sering bimbingan nah tahun ini saya jadi pembimbing. Mulai dari mikirin judul 16 anak, meriksa perbab mereka mulai dari latar belakang masalah, hingga metode penelitian, hasil penelitian dan lain sebagainya. Kalian tahu gimana rasanya? Sangaaaat pusing aslinya. Saya periksa satu persatu, sudah dijelaskan berkali-kali masih saja revisi, sudah minta untuk revisi masih datang tanpa perubahan, janjian bimbingan yang dateng cuman sebagian, beberapa anak hilang setelah melalui bab 1 atau 2 jadi jarang bimbingan lagi, mungkin karena harus revisi lagi dan lagi, salah lagi dan lagi, curat coret lagi dan lagi. Mungkin karena mengalami hal-hal yang saya alami dahulu, mulai dari rasa malas, bingung, bimbingan revisi terus dan sebagainya.

Yap, selain itu rasanya dihubungin melalui sms, telpon bahkan chat untuk janjian bimbingan itu, luar biasa, kadang mereka bertanya melalui chat, kadang juga bimbingan melalui chat. Mulai dari bimbingan ketemu langsung ataupun melalui email. Ini lebih pusing daripada bikin 1 skripsi, rasanya tuh kaya mikirin banyak skripsi dengan beragam judul dan metode penelitian yang berbeda. Sekarang saya tahu gimana rasanya jadi pembimbing, saya kira jadi mahasiswa aja yang pusing, justru jadi pembimbing lebih pusing. Awalnya setelah selesai S1 saya mau udahan aja sampe S1 gak mau ngalamin pusingnya ngerjain penelitian dan lain-lain tapi setelah pengalaman baru ini, jujur saya lebih memilih jadi mahasiswa dan melakukan penelitian dan mengerjakan skripsi sendiri. Mungkin gak ada salahnya nyoba S2, pengalaman jadi mahasiswa lagi dan bimbingan lagi, kayaknya seru. Sungguh, lebih baik ngerjain 1 skripsi daripada banyak laporan begini, jujur sih pusing. Selain itu pengalaman lainnya adalah menjadi penguji sidang, yang baru aja kemaren beresnya, tahun lalu disidang tahun ini jadi penguji sidang. Ini bagian yang menyenangkan dan melegakan, tak hanya siswa yang akhirnya lega karena semuanya sudah selesai, sebagai pembimbing juga rasanya lega sekali. Begitulah pengalaman saya menjadi pembimbing, disekolah sampai sore, tanggal merah dan hari libur masih ke sekolah buat bimbingan tapi akhirnya setelah selesai lega juga rasanya. Susah senangnya ada, terlebih pengalamannya yang luar biasa. Rasanya ingin sekali mengucapkan banyak terimakasih kepada pembimbing skripsi saya, karena dulu saya kira sayalah yang paling pusing akan segalanya, dan banyak ngeluh akhirnya, ternyata jadi pembimbing juga lebih-lebih karena harus membaca, memperbaiki dan membantu para mahasiswanya untuk membuat skripsi yang baik, gak cuman satu tapi banyak skripsi diperiksanya kan luar biasa ya. Mikir keras banget loh buat ngebimbing itu aslinya nguras otak.

Comments

Post a Comment